Sunday, April 17, 2005

Gurame Bumbu Acar (Wisata Kata)

Untuk menghormati tamu mancanegara, sering kita menjamu mereka dengan makanan khas daerah kita. Hidangan khas Sunda, misalnya, adalah hidangan dari ikan, baik ikan pepes, ikan goreng, maupun ikan bakar. Sekadar menjamu makan memang mudah. Yang repot adalah bila sang tamu tertarik untuk mengetahui lebih jauh soal hidangan tersebut. Misalnya, apa penyebab warna kuning pada "Gurame Bumbu Acar"? Orang Sunda tentu tahu bahwa bumbu itu namanya koneng, yang dalam bahasa Indonesia disebut kunyit atau kunir. Tetapi apa bahasa Inggrisnya?

Tampaknya pendapat Josephine Bacon dari Chanterelle Translations di Inggris memang benar. Dia mengatakan dalam Kongres FIT (Himpunan Penerjemah Internasional) 1996 di Melbourne bahwa untuk dapat menerjemahkan buku masak dengan baik, seseorang bukan saja harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi lebih dari itu. Penerjemah buku masak harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara masak-memasak dalam kedua bahasa tersebut, mengenal dengan baik nama bahan dan bumbu masak di negara pengguna bahasa sasaran, dan kekhasan budaya lainnya. Ragam bahasa masak-memasak memang sangat sarat dengan kata dan frase lokal, bahkan juga dalam bahasa Inggris. Menurut Bacon, tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa buku masak terbitan Amerika tidak bisa dipahami oleh koki Inggris!

Selanjutnya, Bacon mengatakan bahwa penerjemahan buku masak dapat digolongkan sebagai "penerjemahan buku ilmiah", yang sangat terspesialisasi. Jadi, sama seperti penerjemah buku ilmiah, penerjemah buku masak pun harus menguasai bahan yang diterjemahkan, meliputi teknik memasak, nama bahan dan bumbu, peralatan masak, dan sebagainya. Bahkan memiliki pengetahuan masak-memasak ini jauh lebih penting daripada menguasai bahasa sumber. Hasil terjemahan penerjemah yang menguasai masalah masak-memasak sering jauh lebih baik daripada penerjemah yang hanya menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran tetapi tidak tahu banyak tentang dunia masak-memasak.

Yang lebih memberatkan tanggung jawab penerjemah buku masak adalah sangat minimnya keterlibatan penerbit atau penyunting dalam menangani hasil terjemahan. Boleh dikatakan staf penerbit sama sekali tidak bisa membantu karena mereka bukan "pakar masak-memasak" sehingga tanggung jawab mengenai kebenaran terjemahan sepenuhnya dipikul oleh penerjemah.

Selain itu, penerjemah buku masak dituntut untuk lebih dari sekadar menerjemahkan. Mereka harus dapat "menafsirkan" resep masakan agar sesuai dengan konteks di negara sasaran, misalnya menyulih bahan asli dengan bahan lain yang dikenal sehingga resep itu dapat dipraktikkan di negara sasaran tersebut.

Jenis Bahan, Berat, dan Suhu

Mencermati masalah peristilahan sangatlah penting dalam penerjemahan buku masak, sebagaimana juga dalam penerjemahan buku ilmiah. Kekeliruan menerjemahkan istilah atau kata – dalam hal ini biasanya nama dan ukuran bahan – bisa menimbulkan "malapetaka". Misalnya, roti bisa terasa aneh karena jenis bahannya salah. Bayangkan bentuk dan rasa roti Anda jika resep mengatakan Anda harus memasukkan buah anggur, padahal seharusnya kismis! Kismis memang buah anggur, tetapi bukan anggur sebagaimana yang lazim kita bayangkan!

Berat dan ukuran merupakan masalah yang tidak kurang rumitnya. Bayangkan betapa kesalnya jika kue Anda bantat atau hidangan yang seharusnya berkuah kental ternyata malah encer karena jumlah bahan yang ditambahkan keliru. Ternyata penerjemah buku masak yang resepnya tengah Anda coba itu tidak mengetahui bahwa ukuran cup dalam buku masak Amerika tidak sama dengan ukuran cup dalam buku masak Inggris atau Australia; satu cup Amerika hanya 8 fl oz, sedangkan cup Inggris 10 fl oz.

Orang sering pula mengelirukan ukuran berat dalam oz dengan ons. Seorang penyiar TV swasta di Indonesia pernah menyampaikan informasi harga emas satu ons yang begitu murah, padahal ternyata yang dimaksudkannya adalah harga emas satu oz. Dapat dipastikan penyiar tersebut tidak tahu bahwa satu ons (100 gram) sungguh berbeda dengan satu oz (28,350 gram; dilafalkan auns). Bahkan satu oz bahan padat berbeda dengan satu oz bahan cair, yang biasa disebut fl oz. Penerjemah yang baik harus rajin membuka kamus atau buku rujukan lain agar terjemahannya benar-benar tepat dalam hal ukuran dan berat ini.

Hal lain yang juga harus dicermati adalah suhu oven. Penerjemah yang baik biasanya mencantumkan angka suhu dalam satuan fahrenheit dan celcius sekaligus sehingga pengguna buku masak tidak usah repot mengonversikannya sendiri jika oven miliknya hanya mencantumkan salah satu ukuran suhu tersebut. Jangan-jangan, masakan Anda hangus atau masih mentah hanya gara-gara Anda salah menafsirkan ukuran suhu!

Bacon juga mengemukakan pengalamannya menerjemahkan buku masak kuno yang terbit sebelum ukuran metrik digunakan. Dia perlu mencari buku rujukan untuk mengonversikan ukuran oka (digunakan pada zaman Kekaisaran Ottoman), quint (Inggris kuno), atau livre (Prancis kuno). Semua ukuran kuno ini menunjukkan berat yang berbeda-beda, bergantung pada negara, atau bahkan wilayah dalam suatu negara! Bayangkan betapa repotnya Bacon ketika menerjemahkan buku kuno tersebut.

Samakah "Aduk" dan "Kocek"?

Hal selanjutnya yang juga perlu diperhatikan adalah istilah yang digunakan; artinya, penerjemah harus taat asas atau konsisten dalam menggunakan istilah. Hal ini tentu berlaku juga pada semua jenis buku petunjuk. Menurut Bacon, resep masakan harus ditulis dengan kalimat perintah yang sama manakala menjelaskan proses yang sama. Misalnya, kalau di sebuah resep dituliskan kata "aduklah", maka dalam resep lain harus digunakan kata yang sama untuk tindakan yang sama – jangan diragamkan dengan sinonimnya, misalnya "koceklah". Jangan dibiarkan pengguna buku bertanya-tanya apakah gerakan "mengocek" dan "mengaduk" itu sama atau berbeda; mungkin penerjemah sengaja menggunakan kedua kata itu untuk membedakan gerakan yang dimaksud. Pengguna buku masak akan mengikuti perintah dalam buku selangkah demi selangkah; karena itu, semua instruksi harus dituliskan dalam kalimat perintah yang benar-benar jelas. Untuk menghasilkan naskah yang baik, jika perlu, penerjemah membuat sendiri format penulisan yang baku, dan inilah yang secara taat asas digunakannya sebagai pedoman.

Tanaman Telur!

Penerjemahan buku masak bukan satu-satunya yang berhadapan dengan nama bahan makanan yang begitu beragam di berbagai pelosok dunia. Penerjemahan yang sejenis dengan ini adalah penerjemahan buku yang mengupas bahan obat tradisional, buku tanaman atau pertanian, dan buku yang membicarakan masalah pangan.

Ada seorang penerjemah buku pertanian yang berhadapan dengan istilah grape fruit. Langsung saja dia menerjemahkannya menjadi buah anggur, padahal yang dimaksud adalah sejenis buah jeruk besar berwarna kuning, semacam jeruk bali. Bagaimana pula jika dia menjumpai kata star fruit? Jangan-jangan diterjemahkan menjadi buah bintang, padahal yang dimaksud adalah buah tropika yang sudah sangat kita kenal dengan nama belimbing, yang memang penampang irisannya berbentuk bintang. Penerjemah harus pula curiga jika menjumpai kata eggplant, jangan diterjemahkan menjadi tanaman telur, karena kita lazim menyebutnya terung ungu, yang tentu saja tidak berkerabat sama sekali dengan telur, baik telur ayam maupun telur penyu! Dalam hal ini, yang paling aman adalah menuliskan juga nama buah atau tanaman tersebut dalam bahasa Latin karena nama Latin bersifat internasional sehingga salah tafsir dapat dihindari.

Penutup

Menjadi penerjemah buku masak ternyata tidak mudah, bukan? Tetapi, menjadi tuan atau nyonya rumah yang baik pun sama tidak mudahnya, terutama jika tamu Anda "cerewet". Karena itu, jika Anda sering harus menjamu tamu asing, sebaiknya Anda memperlengkapi diri dengan pengetahuan mengenai bumbu masak Indonesia, sekaligus mencari tahu istilah Inggrisnya atau istilah Latinnya. Dijamin, tamu Anda yang sering kali penuh rasa ingin tahu itu akan terpuaskan, bukan saja oleh kelezatan makanan khas yang Anda sajikan, tetapi juga karena Anda dapat menjawab semua pertanyaannya yang sebetulnya membuat Anda pusing tujuh keliling!

(Sebagian bahan diambil dari makalah Josephine Bacon yang disampaikan pada Kongres ke-14 FIT, Melbourne, 12-16 Februari 1996)

(Berita Buku, September/Oktober 1996)

3 comments:

  1. Wah, menarik nih Bu info mengenai seluk beluk penterjemahan. Terimakasih. Saya ingat waktu remaja pernah membaca buku Agatha Christie (edisi Indonesia), disebut 'bertanam sumsum sayuran'. Saya heran, kayak apa itu sumsumnya sayuran. Setelah dewasa baru saya tahu, ternyata memang namanya vegetable marrow!

    ReplyDelete
  2. Wah, sangat tepat, Bu. Sewaktu saya menerjemahkan novel belum lama ini, yang penuh adegan masak-memasak dan bikin lapar, banyak peristilahan yang membuat saya terpaksa mengaduk-aduk Google termasuk urusan terung ungu. Alhamdulillah jadi nempel, mudah-mudahan tidak sementara saja. Sebab saya tidak suka memasak:(

    ReplyDelete
  3. saya sangat tertarik untuk mengetahui bahasa ingris dalam dunia kuliner
    karen web site saya banyak mengunakan bahasa ingris
    munkgin anda bisa lihat ke web site saya dan dapat memberi komentar tentang pengunaan kata yang tepat
    http://kuliner-yuk.com

    ReplyDelete