Tuesday, June 21, 2005

ANGLO Resto/Cafe

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Asian
Location:Jl. Cipedes 46A, Sukasari, Gegerkalong, bandung -- telp 022-202-1652 -- buka setiap hari jam 10.00--21.00
malam ini saya dan putri dan calon menantu makan malam di luar. rasanya bosen deh, nyaris semua resto di Jl Setiabudi atas sudah dicoba. eh, ada masukan dari teman bahwa ada resto baru di Jl Cipedes, namanya Anglo. maka kami pun dengan penuh semangat menuju tempat itu.

resto/cafe ini sudah muncul di Bandung Advertiser, tapi iklannya kurang mencolok. kabarnya baru buka skeitar 4 bulan yang lalu. ini resto menawarkan "Javanese cuisine with a Traditional Armosphere" - begitu tertulis di daftar menunya. di satu sisi ada beberapa foto yang memperlihatkan dapur tradisional, pasukan hospitality, soto ayam, pecel madiun, dan foto sepasang suami istri seumuran saya yang sedang dilayani pelayan pria berpakaian Jawa. di sisi satunya lagi daftar menu, antara lain nasi liwet (gaya solo), sop buntut, soto ayam, rujak cingur, bandeng bakar, sate ayam, dll.

dari luar, resto ini tampak "nyeni" dan lumayan terang. di ruang pertama yang tidak berdinding terdapat beberapa meja bundar dengan kursi kayu. beberapa tiang yang digantungi hiasan dari kayu, dan sebuah counter. lalu, antara ruang pertama dan ruang kedua terdapat sedikit rumput (sekitar 3 meteran jaraknya) dan stepping stones untuk melangkah ke ruang kedua. di ruang tak berdinding ini pun terdapat beberapa meja bundar dan ada satu bale2 utk lesehan. putri dan camen saya langsung heboh karena ada mainan congklak. di atas ruangan ini ada ruangan lagi yang menurut pelayan bisa digunakan untuk meeting atau arisan. tangganya dari kayu.

menu yang ditawarkan cukup banyak, dan harganya sangat reasonable, hanya
belasan ribu utk main course (hanya nasi ulam yang Rp22.000). saya pesan nasi ayam asap (Rp12.000) yang direkomendasikan pelayan, putri saya pesan nasi rawon (Rp12.500), sementara camen pesan nasi pindang (Rp12.500). lalu kami pesan tahu gejrot satu porsi (Rp6500). semuanya enak dan mirasa bumbunya.

ayam asap pesanan saya datang dengan potongan ayam yang lumayan banyak, dan dari bentuknya mirip sekali dengan bebek. ketika saya menyuapkan suapan pertama, dan dirasa-rasa, yap, mirip bebek - dagingnya lembut sementara kulitnya krispi. aroma asapnya terasa pas. karena saya suka kecap, maka daging ayam asap itu saya cocolkan ke kecap yang agak cair di piring tahu gejrot. yumyum... aksesoris nasi ayam asap ini adalah irisan timun dan tomat, lalu ada sambal yang mirip sambal utk nasi uduk. namun, karena terlalu pedas, terpaksa saya abaikan.

nasi rawon pesanan putri saya tampaknya enak juga, ditemani oleh telor asin yang dibelah dua. hal yang sama juga menjadi gaya nasi pindang pesanan camen. katanya sih cukup enak.

tahu gejrot - nah ini agak beda tampilannya dgn tahu gejrot Cirebon yang pernah saya kenal 30 tahunan yang lalu. yang ini lebih mirip tahu telor yang di Satay House Senayan. ada tahu goreng dan irisan telor ceplok, ditemani irisan kol, timun, dan tomat. kecapnya dituangkan ke atas ramuan ini. rasanya juga enak sekali.

makan malam kami diakhiri dengan seporsi pisang keju - irisan pisang goreng bertepung, ditaburi serutan keju dan gula aren. nyamnyam, sepiring ada delapan iris pisang yang dari sononya sudah manis, langsung ludes! akhirnya kami pesan lagi dua porsi untuk di rumah!!

semua makanan di atas, plus bandrek, juice strawberry dan teh panas hanya merusak kantong sebesar Rp80.000 sazza!! benar-benar murah meriah.

Tuesday, June 14, 2005

Dari Santa Ursula ke Stanford


TK dan SD Santa Ursula adalah awal tempat saya menuntut ilmu secara
formal. Selanjutnya, saya menyelesaikan SLTP di SMP BPI I dan SLTA di
SMA 2. Semuanya di Bandung. Farmasi ITB (1969-74) adalah almamater
saya. Di Kampus Ganesha
inilah saya melewatkan masa mahasiswa yang manis. Lima tahun setelah
terdaftar, pada bulan Februari 1974, saya diwisuda di gedung
bersejarah, Aula Barat ITB. Pada bulan Oktober tahun yang sama, bersama
sekitar 15 orang rekan lainnya, saya mengucapkan sumpah apoteker di
hadapan
Rektor ITB yang waktu itu dijabat oleh Prof. Dr. Doddy Tisna-Amidjaya
(alm).


Selain pendidikan formal, saya mengikuti pendidikan nonformal.
Yang pertama adalah kursus singkat di bidang penyuntingan buku di
London, Inggris pada tahun 1982. Kursus ini berlangsung selama empat
bulan. Pengalaman manis selama berada di negeri Princess of Wales
ini menyebabkan saya memandang Inggris sebagai negara saya yang kedua.
Apalagi di sana ada keluarga Green -- Brian (penyelia saya), Ann, dan
si kembar Emma dan Daniel, yang usianya hanya setahun lebih muda dari
anak-anak kembar saya. Keluarga Green
telah saya anggap sebagai keluarga sendiri. Sampai sekarang saya telah
tiga kali mengunjungi London, dan tak akan pernah melewatkannya setiap
kali saya berkunjung ke Eropa.


Pendidikan nonformal yang kedua masih dalam bidang penerbitan,
yaitu Stanford Professional Publishing Course di Stanford University.
Saya mengikuti SPPC ini pada bulan Juli 1989. Berkat mengikuti kursus
ini, nama saya tercantum sebagai salah seorang alumni Stanford
University! Universitas swasta yang terkenal itu!